Sabtu, 03 Mei 2014

Gelang ini untuk mereka yang seusiaku, bersemayam di Killing Field.

Pagar kubur masal


Lokasi : The Choeung Ek, Genocidal Center (Killing Field) of Cambodia

Aku sampai di nomor 15 dari 19 titik situs pembantaian rakyat Cambodia oleh rezim Khmer Merah 1975-1979. Sebuah kubangan dengan pagar bambu mengelilinginya. Ribuan gelang warna-warni tergantung di tiap batang bambu. Dari perangkat audio yang aku sewa seharga 3 USD, dikatakan bahwa aku berada di area The Killing Tree. Tak jauh dari aku berdiri, tumbuh sebatang pohon besar dengan ratusan gelang menghias di batangnya. Selembar papan informasi menuliskan dalam dua bahasa, Combodia dan Bahasa Inggris : 

"KILLING TREE AGAINST WHICH THE EXECUTIONERS BEAT CHILDREN"

Aku langsung menangis.  Dan aku masih saja selalu menangis saat mengingat tempat ini, bahkan saat aku menuliskan ini. Di sinilah satu dari sekian titik pembasmian satu generasi yang innocent oleh rezim Pol Pot. Di titik ini, ratusan bayi dan balita tak pernah tumbuh. Mereka yang seusia denganku.



Aku tak sanggup menatap lebih lama lagi pada pokok pohon tempat di mana kepala-kepala mungil dibenturkan. Setelahnya mereka dikumpulkan menjadi satu dalam lubang kubur massal bersama anak-anak lainnya. Mereka harus dimusnahkan atas nama pemurnian ideologi. 

Menurutku tempat ini penuh dengan dementor yang menghisap habis perasaan bahagia yang kita miliki. Aku tak bisa tersenyum apalagi tertawa atau sekedar mengingat rasa bahagia. Sebab mereka yang bersemayam di sini begitu kuat menghantarkan penderitaan. Tak perlu ada papan bertulis "Please Do Not Laugh", sebab kita tak akan mampu melakukannya di tempat ini. 



Di balik pagar, sebidang tanah menjadi peristirahatan terakhir bagi mereka yang jika masih hidup, saat ini akan sedang membangun Cambodia. Bertahun-tahun, pemerintahan baru pasca Pol Pot bekerjasama dengan internasional mengumpulkan tulang-tulang dan merawatnya dengan lebih manusiawi. Saat setelah hujan, biasanya baju, potongan tulang atau gigi muncul di permukaan tanah. Maka jika berada di sana, hati-hatilah melangkah, sebab katanya kita masih bisa menemukan sepotong gigi.  Di sisi lain tak jauh dari area berpagar ini, sebuah kotak kaca akan membuatku sedih, geram, kecewa, marah beradu menjadi satu dan hanya bisa menghasilkan tangis. Lagi. 





Kotak kaca itu mewadahi potongan-potongan baju yang dikenakan terakhir oleh bocah-bocah itu yang ikut terkubur bersama tulang-tulang dan darah yang menempel. Celana pendek, kemeja, kaos, rok berukuran mungil bertumpuk mengaduk perasaan. Bagaimana aku bisa menahan tangis karena aku bisa membayangkan mereka mengenakan pakaian-pakaian itu. Berlarian, bermain atau tertawa karena berebut mainan. Ya, mestinya mereka sedang tumbuh menjadi anak-anak yang gembira.

Aku mengikuti tindakan para pengunjung sebelumnya, menanggalkan gelang yang kuperoleh dari sebuah candi di kompleks Bayon, Angkor Wat. Kugantungkan gelang itu pada salah satu bambu, untuk mereka yang mestinya bergembira. Bermain-mainlah dengan persembahan kami atau kenakanlah agar lengan-lengan mungil kalian cantik dilingkari gelang warna-warni.

Bergembira dan bermainlah kawan, bersama Tuhan.

Tiket masuk 2USD, tiket sewa audio tour 3 USD dan peta yang memuat 19 titik pemberhentian untuk mendengarkan informasinya dari audio tour