Bilah pintu sebuah pura di Bedugul, Danau Bratan, Bali |
Pada
bilah pintu di sebuah pura di pinggir Danau Bratan, aku melihat paduan
gambar antara mitologi dan fakta. Wujud-wujud yang tak bisa dijumpai
secara indrawi tapi diyakini ada, bersanding dengan hal-hal keseharian
yang nyata ada teraba. Bunga, daun, sulur pakis tak pernah absen hadir
dalam kisah yang ditatah di bilah kayu atau bongkah batu.
Wujud-wujud mitologis selalu kubiarkan tetap menjadi milik misteri, sebab dengan begitu mereka justru akan selalu memikatku. Sementara bunga dan daun tak kalah menggairahkan untuk dicari mengapa ornamen-ornamen itu selalu hadir riuh tak menyisakan sepi di bidang karya?
Rabu 30 Desember 2014, siang begitu basah oleh hujan deras yang turun sebentar. Beberapa penggal setapak di pinggir tebing itu tidak hanya licin, tapi juga ringkih oleh longsor karenanya.
Tempat-tempat pilihan para pertapa itu tidak mudah. Naik-turun, kadang menyempit dengan hanya menyisakan sedikit ruang bagi tubuh untuk merambat rapat pada dinding.
Alas kaki harus dilepas untuk bisa telanjang dan merasakan kondisi tanah di telapak. perlu cengkeraman kaki dan kadang butuh merenggut rumput atau batang yang tumbuh di dinding tebing untuk menjaga tubuh tak tergelincir ke jurang. Tentu saja tidak memilih tanaman pakis untuk pegangan, sebab akar serabutnya yang lemah.
Wujud-wujud mitologis selalu kubiarkan tetap menjadi milik misteri, sebab dengan begitu mereka justru akan selalu memikatku. Sementara bunga dan daun tak kalah menggairahkan untuk dicari mengapa ornamen-ornamen itu selalu hadir riuh tak menyisakan sepi di bidang karya?
Rabu 30 Desember 2014, siang begitu basah oleh hujan deras yang turun sebentar. Beberapa penggal setapak di pinggir tebing itu tidak hanya licin, tapi juga ringkih oleh longsor karenanya.
Tempat-tempat pilihan para pertapa itu tidak mudah. Naik-turun, kadang menyempit dengan hanya menyisakan sedikit ruang bagi tubuh untuk merambat rapat pada dinding.
Alas kaki harus dilepas untuk bisa telanjang dan merasakan kondisi tanah di telapak. perlu cengkeraman kaki dan kadang butuh merenggut rumput atau batang yang tumbuh di dinding tebing untuk menjaga tubuh tak tergelincir ke jurang. Tentu saja tidak memilih tanaman pakis untuk pegangan, sebab akar serabutnya yang lemah.
Candi Tebing, Tembuku, Bangli - berkawan pakis |
Pakis, adalah tanaman yang syarat hidupnya terpenuhi di wilayah tropis
lembab seperti di sepanjang jalan menuju Candi Tebing Tembuku. Ia yang
hanya bisa hidup di tanah dengan kandungan air banyak dan ruang yang
cukup tersembunyi dari sengatan matahari, membuatnya tumbuh subur di
seluruh pelosok Bali.
Pakis, tidak hanya hadir di meja makan dalam bentuk plecing, tumis, urap, atau sayur bersantan, tetapi ia juga meramaikan papan ukir. Ukel-nya yang luwes dan elok itu tak pernah memberi ruang untuk kosong -ia yang begitu intim dalam kehidupan sehari-hari orang Bali
Pakis, tidak hanya hadir di meja makan dalam bentuk plecing, tumis, urap, atau sayur bersantan, tetapi ia juga meramaikan papan ukir. Ukel-nya yang luwes dan elok itu tak pernah memberi ruang untuk kosong -ia yang begitu intim dalam kehidupan sehari-hari orang Bali
Beberapa ikat pakis dijual |