Kamis, 28 Februari 2013

Kebangkitan kembali Serat Agel

Di masa pendudukan Jepang di Indonesia, saat benang susah didapatkan, serat agel adalah material substitusi yang digunakan untuk membuat pakaian dari bahan bagor/karung.  Bahan yang juga dipakai untuk karung beras dan garam ini sudah lama ditinggalkan sejak Indonesia merdeka dan benang mudah didapatkan.  Pemerintahan orde baru yang sedang giat menggalakkan penanaman tanaman pangan, membuat pohon agel atau sering disebut sebagai pohon gebang benar-benar dilupakan.  

Menjelang awal 90-an, serat ini mulai dilirik kembali oleh masyarakat untuk di-desain ulang.  Usaha ini tak lepas dari pemerintah daerah yang mem-fasilitasi kerajinan ini hidup kembali.  Hasilnya, berbagai macam produk dengan beragam fungsi telah dikembangkan dan tak putus dicari pembeli, mulai dari pasaran lokal hingga internasional.  

Kerajinan ini mudah ditemui di daerah Sentolo, Kulonprogo, dan menjadi salah satu andalan pemberdayaan masyarakatnya.  Pohon agel sudah mulai ditanam kembali dan dibudidayakan secara lebih serius untuk memenuhi permintaan dari para perajin rumahan.  

merajut serat agel

Dipoles lem putih agar kaku dan dipancang dengan paku-paku untuk membentuk siku dan sesuai desain


Gulungan serat agel yang telah diwarnai dan siap untuk dirajut


gambar atas adalah serat agel yang telah kering. gambar bawah adalah perendaman serat agel dalam larutan H2O2 selama dua jam

pohon agel atau gebang

3 komentar:

  1. Kalau saya mau pesan serat agel yang masih mentah (belum diwarna) apakah bisa? Saya pesan 10 kg, berapa harganya franco Bandung?

    BalasHapus
  2. Oh ya, HP saya 081573001243, Anas

    BalasHapus
  3. Ingin beli serat agel yg sudah ada warna kmn?

    BalasHapus