Senin, 01 Juli 2013

Gema Paritta di Candi Banyunibo

Puja Bhakti di bilik utama Candi Banyunibo, Minggu 30 Juni 2013

Alunan Paritta Suci telah menggaung saat aku tiba di halaman candi.  Gemanya menembus lubang-lubang angin mencapai pelataran menyambut kakiku menapak di hitam batu candi.  Kulepas alas kaki sebelum menaiki 15 anak tangga yang dijaga sepasang binatang air mitologis, makara.  Puluhan pasang sandal dan sepatu berbaris rapi di sisi kiri tangga, jumlah peserta Puja Bhakti cukup banyak rupanya. 

Aku terlambat datang.  Seorang pembicara yang masih terhitung belia tengah menyampaikan adab muda-mudi berpacaran.  Penyampaiannya segar dan seringkali membuat peserta yang hadir terkikik karena diselipi humor yang lucu.  Semenit kemudian aku tahu, ini pembicaraan tentang bagaimana muda-mudi Buddhis mestinya bersikap terhadap hidupnya.  Baru sekali ini aku tahu bahwa dalam ajaran ini juga diturunkan hal-hal praktis dalam keseharian, tidak hanya mengenai 'kelekatan', satu hal yang aku ambil selama berhubungan dengan umat ini.

Sebelum Puja Bhakti diakhiri dengan pembacaan Paritta Suci, kantung berwarna merah beredar kepada para umat yang berkehendak untuk berdana.  Sebuah lagu berkaitan dengan 'berdana' dinyanyikan seluruh umat selama kantung merah berkeliling.  Terdapat 3 hal yang mesti diingat umat sebelum, di saat dan sesudah berdana, yaitu : 

Sebelum berdana merasa senang dan bahagia.
Pada waktu berdana merasa senang dan bahagia.
Sesudah berdana merasa senang dan bahagia

Puja Bhakti ditutup dengan pembacaan Paritta dalam bahasa Pali oleh seorang perempuan yang duduk tepat di bawah altar utama.  Suaranya yang indah mengalun menciptakan gema syahdu membumbung ke langit-langit candi dan berputar-putar mencapai telinga-telinga para umat.   Mereka menirukan bersama-sama.  Seketika, ada rasa haru terselip di hatiku.  Candi tua ini hidup kembali.  Mereka, muda-mudi Buddhis telah menghidupkan candi ini dengan alunan Paritta Suci yang mungkin sudah terlalu lama tidak menyentuh dinding-dindingnya yang dingin. 

Paritta Suci

Aku membayangkan masa lalu yang tak pernah aku lihat.  Aku hanya menduga, candi ini berfungsi seperti ini, sebagai tempat menaikkan puja dan harapan.  Serta mengingat Sang Guru -Buddha Gautama,  yang telah mengajarkan apa yang telah dialami selama hidup dalam pencarian cerah. Entah sejak kapan candi ini kehilangan makna, menjadi hanya sekedar dilihat, dipegang dan dipotret untuk berbagai kepentingan.  

Bilik utama mestinya terdapat altar dan Buddharupang sebagai simbol kehadiran Guru saat ajaran-ajaran kembali diturunkan kepada umat.  Langit-langit meruncing di puncak menghasilkan akustik ruangan yang mampu menciptakan gumam Paritta mengalun indah.  Lubang berbentuk persegi di ketiga sisi candi mengantarkan angin, menjadikan umat betah berlama-lama di dalam ruangan karena merasakan sejuk.  Bersama angin, cahaya matahari leluasa menghujani ruangan melalui lubang-lubang persegi tersebut.  Setiap kata dan kalimat di dalam kitab-kitab dapat dibaca jelas karenanya.  Sungguh ruangan ini ideal untuk beribadah, tapi tak ada lagi Puja Bhakti dilakukan setelah sekian lama candi ini kehilangan makna sesungguhnya.

Siang itu, Minggu 30 Juni 2013, Paritta mengalun kembali.  Candi itu hidup.  Begitu juga spirit-spirit lama yang menempel pada dinding batu yang dingin, lembab dan tua.  Semoga mereka semua berbahagia.  

Sabbe satta bhavantu sukhitatta _/\_

Candi Banyunibo



Catatan mama :
- Candi Banyunibo terletak di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman Jogjakarta, tak jauh dari lokasi Candi Ratu Boko.  Dibangun sekitar abad 9 pada masa Kerajaan Mataram Kuno.  Bangunan yang masih bisa dilihat ini sebenarnya bukan satu-satunya, karena terdapat 6 runtuhan candi perwara (pendamping) yang berada di sisi timur dan selatan.  

Candi Banyunibo


- Candi Banyunibo memiliki stupa di puncaknya, merupakan ciri yang paling mudah dikenali dari tipe Buddhis.  Atapnya yang melandai sangat unik dan tidak banyak bisa dijumpai di candi-candi lain.  
- Lubang angin sekaligus penghantar cahaya berjumlah 6 buah membuat candi ini memiliki bilik utama yang sejuk, segar dan tidak gelap. 
- Di dinding dalam terdapat relief yang tidak lengkap.  Begitu juga di kedua sisi lorong masuk, relief Ibu Haritti dengan banyak anak itu sebagian sudah rusak, tak selengkap yang ditampilkan Candi Mendut.  Sementara dinding luar, terdapat banyak ceruk-ceruk berisi relief Bodhisatwa yang anggun dan berlekuk indah.  Sekujur tubuh candi dihias dengan pahatan  sulur-sulur tanaman dan ukiran berbagai macam binatang.

Relief Haritti


 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar