Jumat, 26 Oktober 2012

Saigon Riverside


Senja yang muram menaungi Ho Chi Minh City.  Langit baru saja menumpahkan hujan di atas kota tua yang sangat bersejarah bagi negara Vietnam. Kota yang semula bernama Saigon ini pernah menjadi ibukota Vietnam Selatan, ketika negara ini masih terbelah dan di bawah kekuasaan Perancis.  Sejak Vietnam Utara dan Selatan bersatu dalam sebuah Reunifikasi tahun 1975, kota ini berganti nama menjadi Ho Chi Minh, sebuah nama yang diambil dari nama samaran pemimpin besar kelompok komunis yang berkuasa di sana.  Namun bagiku, Nama Saigon telah terpatri dalam ingatan susah digantikan dengan nama barunya.  Ho Chi Minh City akan tetap menjadi kota Saigon bagiku.


Menyusuri tepian sungai Saigon di pinggiran kota menjadi hal yang menyenangkan sore itu.  Mengamati penduduk kota ini menikmati senja dan menghabiskan terang seusai bekerja.  

Kesan yang tertangkap, pemerintah telah mengusahakan pinggiran sungai ini menjadi indah untuk dinikmati, meskipun di sana-sini dirusak oleh warga kota ini sendiri dengan sampah dan coretan.


Di sisi lain, sebuah kapal telah menyandarkan tubuhnya pada dermaga kecil yang akan mengantar pulang para pekerja yang berasal dari daerah seberang.  Kapal sederhana akan melintas tengah sungai Saigon  bergantian dengan Kapal-kapal mewah berbendara merah dengan gambar bintang kuning ditengahnya. Kapal mewah yang hampir semua sisinya terbuka, mengangkut wisatawan asing menyusur sepanjang sungai.  Memandang kehidupan masyarakat Saigon yang dinamis dan tumbuh relatif cepat untuk negara yang baru saja usai perang.




Pedagang-pedagang jajanan khas Vitenam yang mendorong dan menjajakan makanannya mendekati bibir sungai.  Sampah bekas-bekas kemasan makanan tersebar di antara meriam-meriam kuno yang pernah dipakai Tentara Rakyat Vietnam di akhir Perang Vietnam. 

Peristiwa yang disebut sebagai "Kejatuhan Saigon" oleh Amerika Serikat, tapi bagi Vietnam, ini adalah peristiwa "Pembebasan Vietnam."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar