Lele asap dibumbu mangut. Ada dua jenis, digulung dan satunya ditusuk pakai bambu, jadinya lurus-lurus. |
Sepiring nasi hangat dan seekor mangut lele. Segelas es teh manis dan se-lodhong kerupuk. Adalah makan siang yang dahsyat, di tempat yang luar biasa dan dimasak oleh simbah yang istimewa dengan kisah masa lalu yang beliau tuturkan menemaniku makan.
Saat orang-orang bosan dengan makanan yang mudah dijumpai sehari-hari, tempat ini bisa menjadi alternatif pilihan yang menggiurkan. Tempatnya mblusuk. Sungguh warung lele milik Mbah Marto ini menjatuhkan syarat ideal keberhasilan sebuah usaha tentang lokasi strategis. Umum diketahui, bahwa lokasi yang mudah dijangkau akan menentukan sukses tidaknya sebuah usaha. Dan ini dijungkir balikkan oleh Mbah Sastro. Beliau tidak memindahkan warungnya ke pinggir jalan agar orang mudah menjangkau dan menggoda orang-orang yang lalu lalang di sepanjang jalan Parangtritis untuk singgah. Warungnya tetap di dalam kampung dengan melewati gang-gang kecil yang hanya bisa dilewati sepeda motor. Mobil terpaksa harus diparkir agak jauh.
Pawonnya masih menggunakan tungku dan kayu bakar |
Beliau mantap tidak ingin merubah warungnya menjadi lebih 'modern'
seperti restoran-restoran lainnya. Dapur atau orang Jawa menyebutnya
pawon, tetap sama dengan pawon yang telah menghidupi keluarganya sejak
puluhan tahun lalu. Rumahnya tetap sederhana, meneruskan fungsi awal
ketika dibangun, sebagai ruang tinggal, bukan warung makan. Maka tamu
yang datang menyantap nasi lele di ruang tamu, di ruang tengah, di
pawon, di emper (teras) dan di samping rumah. Hampir di semua bagian
rumah. Tapi yang paling berkesan tentu makan di pawonnya.
Duduk di
amben (seperti dipan untuk duduk-duduk), di antara kepulan asap dari
tungku kayu, satu tangan memegang piring dan satu tangan lainnya menyuap
hingga nasi terakhir. Tidak peduli dengan anak serta cucu perempuan
Mbah Marto hilir mudik mengurus dapur. Sementara Mbah Marto sendiri
hanya ongkang-ongkang kaki dan bercerita kesana-kemari, menemani
tamu-tamunya.
Masakan lainnya : Opor ayam, terik tahu telor, brongkos, oseng daun pepaya, dan buntil |
Pelanggan yang telah biasa datang, akan tahu untuk langsung menuju pawon, tempat di mana sebuah amben bambu digunakan untuk menggelar baskom-baskom blirik yang jadul itu. Ada opor ayam yang kuahnya kering, terik tahu telor, brongkos, oseng daun pepaya dan juga buntil yang bisa dipilih dan diambil sendiri. Tidak ada pelayanan, silakan ambil sendiri mana yang disuka. Istimewanya, semua ini adalah masakan rumahan.
Aku membayangkannya seperti minta makan di rumah nenek.
Mbah Marto dan anak perempuannya yang sibuk di dapur |
Adalah Mbah Marto yang telah mulai menjajakan masakannya dengan tenggok (wadhah anyaman bambu) yang digendong di punggung dengan selendang, sejak puluhan tahun lalu. Wilayah jajahannya sangat jauh dari rumah di Nggeneng, Sewon Bantul, menembus daerah kota Yogyakarta. Seturut bertambahnya usia dan berkurangnya tenaga untuk berjalan jauh, Mbah Marto memutuskan untuk berjualan di rumah, di tempat yang sekarang ini.
Mengenai rahasia masakan yang terkenal ini, simbah mengolah lele dengan cara yang berbeda. Lele tidak digoreng, tapi di-asap. Ada dua jenis asapan, yaitu digulung dan ditusuk dengan pelepah daun kelapa sehingga bentuknya lurus. Penggunaan pelepah daun kelapa untuk tusukannya itupun merupakan rahasia berikutnya. Pelepah itu bersifat lembab, sehingga tidak akan gosong terbakar saat dilakukan pengasapan. Dan pada saat pengasapan, minyak yang keluar dari pelepah membuat lele semakin terasa beda.
Rahasia lain adalah mengenai bumbu. Memang namanya mangut, dengan rempah dan bumbu yang sama dengan masakan sejenis, tapi Mbah Marto tidak menggunakan santan seperti mangut pada umumnya. Rasanya tetap sama pedas dengan mangut lainnya, tapi mempunyai kisah yang unik terkait dengan masa simbah masih menggendong tenggok. Pada waktu itu, masakan ini tidak pedas. Namun karena ketumpahan sambal saat tenggok bergoyang mengikuti gerak tubuhnya ketika berjalan, maka akhirnya orang mengenal mangut lele yang pedas.
Hingga hari ini, masakan ini menjadi perbincangan dan target buruan demi pengalaman makan yang unik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar