Senin, 27 Mei 2013

Sedapmalam, primadona di Hari Waisak

Bunga Sedapmalam (Polianthes tuberosa)


Bunga, lilin, dupa, air dan buah adalah lima kelengkapan yang biasa disediakan oleh Umat Buddha di atas altar untuk bersembahyang.  Masing-masing memiliki makna yang berbeda, namun kesemuanya mewakili simbol 'ketidakabadian' atau annica dalam bahasa Sanskrit.

- Bunga merepresentasikan ketidakkekalan, bahwa segala sesuatu tidak ada yang abadi.  Pada saatnya semuanya akan hilang, musnah atau mati, termasuk manusia.  Hanya keburukan atau keharuman yang akan tersisa dan diingat oleh yang ditinggalkan. 
- Lilin adalah penerang yang akan membimbing manusia berbuat baik dan menuju pencerahan.  Umumnya menggunakan lilin berwarna merah dan dinyalakan sebelum dupa membakar ujung dupa. 
- Dupa dikatakan bisa memembersikan udara.  Dapat pula diartikan untuk mengundang secara langsung bathin atau hati nurani manusia untuk menghadap kepada Buddha.
- Air merupakan simbol kesucian yang dapat membersihkan pikiran, ucapan dan perbuatan manusia. 
- Buah mempunyai makna hasil dari proses kehidupan, di mana segala perbuatan akan menghasilkan yang sesuai.  Jika berbuat baik, maka hasilnya akan baik, begitu pula sebaliknya.
(Sumber : www.wihara.com, dibaca pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 00:16)

Kuncup Sedapmalam

Di Indonesia, bunga persembahan di altar bisa bermacam-macam, wangi dan indah.  Khusus pada Perayaan Tri Suci Waisak, bunga Sedapmalam muncul sebagai bunga yang dominan.  Selain menjadi bunga persembahan di altar sembahyang bersanding dengan bunga-bunga lain, Sedapmalam digunakan oleh seluruh umat Buddha untuk dipegang di tangan selama menjalankan prosesi pujabakti Waisak.  

Perjalanan chanting dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur, Waisak 2557/2013
Hal ini tentu sangat khas Indonesia, sebab di negara lain, bunga yang digunakan biasanya Bunga Lotus atau Padma.  Bunga ini merupakan singgasana sang Buddha saat mendapatkan pencerahan, sesuai dengan kondisi bunga Lotus yang tumbuh di lumpur kotor dan muncul dengan kecantikannya ke permukaan menggapai matahari/pencerahan.  Namun karena bunga ini tidak banyak ditanam di Indonesia, pilihan penggantinya jatuh pada bunga Sedapmalam, yang harum dan berwarna putih suci.  

Kebun bunga Sedapmalam di Jalan Pirikan, Secang, Magelang








Tidak ada komentar:

Posting Komentar