Timeline :
1587 Pendirian
Bertepatan dengan tahun dimana Panembahan Senopati dinobatkan menjadi Raja Mataram Islam. Sebelumnya, pada masa Ki Ageng Pemanahan, masjid ini masih berupa langgar yang bertempat di lokasi makam raja-raja Mataram sekarang. Panembahan Senapati menggesernya dan membuat bangunan masjid dengan kerangka yang seluruhnya terbuat dari kayu jati dengan ditopang 4 saka guru berukuran 0,3 X 0,3 X 5 m. Selain itu dibuat pula liwan atau ruang utama masjid dan mihrab.
1796 Penambahan serambi sisi timur oleh Kasunanan Surakarta
1856 Penambahan emper dan pawudon, serta penggantian atap sirap dengan genting.
Tahun ini tertera di bawah kaligrafi di atap gapura.
1867 Perbaikan setelah gempa hebat
1919 Terbakar
1923 Pemugaran setelah terbakar
1926 Pembangunan pagar masjid dan pendirian tugu jam.
Dilakukan atas prakarsa Sunan Pakubuwono X dari Kasunanan Surakarta. Tahun ini tertera pula pada tulisan di bawah kaligrafi di atap gapura.
1997 Pemasangan teraso pada liwan atau ruang utama masjid
2002 Konservasi dengan dana dari Pemda Propinsi DIY.
- Memperbaiki bagian-bagian yang retak dengan sistem injeksi.
- Penggantian kayu yang rusak parah mencapai 60% diganti baru.
- Lantai diganti dengan marmer Italia di bagian liwan dan pawestren.
- Pelapisan dinding jagang atau kolam air yang mengelilingi serambi masjid dengan terakota.
- Penggantian dinding dan alas bak wudlu.
- Perbaikan pagar dan gapura.
2003 Pembangunan menara pengeras suara
2006 Perbaikan akibat gempa besar yang melanda Yogyakarta.
- Patahan dan retakan di dinding diperbaiki.
- Genting yang semula terbuat dari tanah liat diganti dengan lempeng metal yang tampak sama dengan genting sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi beban berat pada struktur yang ada. - Penambahan kuncian baja yang menarik ke atas, sementara penyangga blandar dikaitkan ke struktur utama. Baja tarik ini tahan gempa karena membuat tarikan atau dorongan menjadi lebih fleksibel. Penambahan besi-besi penyangga di tiap ujung saka guru hanya sebagai pencegahan.
2007 Ditetapkan sebagai BCB (Bangunan Cagar Budaya) Nasional
Dengan ketetapan :
Peraturan Menbudpar PM.25/PW.007/MRP/2007 dan dilindungi oleh Undang-Undang No 5 Tahun 1992.
2012 Perbaikan kamar mandi di sisi utara masjid
Konstruksi asli :
- Beratap tajug dengan atap tumpang sari susun 3 di masjid utama
- Saka guru dari kayu jati
- Menggunakan struktur saka gantung yang langka. Struktur utama
(bagian saka guru) ini terpisah, karena secara filososfi merupakan fokus
pada satu titik utama yang mengerucut ke atas yaitu Tuhan.
- Usuk mayung juga menuju pada satu titik
-
Bagian atap juga hampir sama, secara filosofis mengerucut seperti
halnya candi karena pada waktu itu masih masa peralihan dari Hindu ke
masa Islam
- Dinding dari bata merah yang ukurannya lebih besar dari bata sekarang
- Tanpa semen tapi menggunakan bubuk bata merah, gamping dan pasir yang dikenal dengan bligon
- Semua dinding tanpa lepa. Penambahan lepa dilakukan oleh Sunan Pakubuwono X.
- Lantai terbuat dari batu putih yang bisa dilihat di lantai yang ditutup kaca di bawah bedhug
- Jagang atau kolam air yang mengelilingi serambi masjid merupakan ciri
khas Hindu yang masih digunakan. Jagang ini dibuat dengan maksud agar
jama'ah yang masuk ke masjid mensucikan kaki dan meluruhkan kotor dari
luar
Catatan Mama :
- Perawatan oleh BPCB dilakukan secara reguler setahun sekali.
- Perawatan kayu untuk mencegah rayap menggunakan teknik yang diadopsi dari perawatan kayu di Kudus. Dengan memakai pelepah pisang dicampur tembakau dan cengkeh yang direndam selama 24 jam. Idealnya kayu direndam tapi untuk target waktu yang mendesak, campuran ini hanya digosok-gosokkan di permukaan kayu.
- Karena telah ditetapkan menjadi Bangunan Cagar Budaya Nasional, maka setiap tindakan yang diambil dalam rangka perbaikan atau perawatan diserahkan kepada BPCB dengan pemberian ijin dari pihak pemilik masjid yaitu Kraton Kasultanan Yogyakarta dan Kraton Kasunanan Surakarta.
Workshop 29 Oktober 2012