Jumat, 30 November 2012

Khanom Bueang : Bangkok Street Snack

Khanom Bueang 20 Baht/box : 6 pcs
Namanya Khanom Bueang, semacam kue lekker kalau di Indonesia.  Terbuat dari tepung beras untuk pancake-nya yang tipis dan krispy dan ditaruh krim lembut dari kelapa diatasnya. Topingnya bisa dari parutan kelapa yang diwarnai oranye dan yang berwarna kuning adalah hasil kuning telur yang diolah menjadi manis. 

Crispy and sweet

Setengah lusin Khanom Bueang yang dijual 20 Baht ini katanya mudah dijumpai di Thailand.  Kebetulan gerobaknya kutemukan di ujung Rambuttri Soi yang berdekatan dengan Khao San Road-Bangkok, dan langsung membuatku ingin mencicipinya.  Snack manis ini harus segera disantap dalam keadaan hangat, sebab jika dingin kulitnya yang garing menjadi melempem, tidak krispy lagi.  Krim kelapa yang berwarna putih enak juga dan terasa manis.  Topingnya yang berwarna oranye dari parutan kelapa rasanya enak.  Tapi toping yang dari kuning telur (berwarna kuning) terasa agak amis.   Me, do not like.

Salah satu stall/gerobak Khanom Bueang di Soi Rambuttri, Bangkok





Kamis, 29 November 2012

Masjid Mataram Kotagede




Timeline :

1587 Pendirian
Bertepatan dengan tahun dimana Panembahan Senopati dinobatkan menjadi Raja Mataram Islam.  Sebelumnya, pada masa Ki Ageng Pemanahan, masjid ini masih berupa langgar yang bertempat di lokasi makam raja-raja Mataram sekarang.  Panembahan Senapati menggesernya dan membuat bangunan masjid dengan kerangka yang seluruhnya terbuat dari kayu jati dengan ditopang 4 saka guru berukuran 0,3 X 0,3 X 5 m.  Selain itu dibuat pula liwan atau ruang utama masjid dan mihrab.

1796 Penambahan serambi sisi timur oleh Kasunanan Surakarta

1856 Penambahan emper dan pawudon, serta penggantian atap sirap dengan genting.  
Tahun ini tertera di bawah kaligrafi di atap gapura.

1867 Perbaikan setelah gempa hebat

1919 Terbakar

1923 Pemugaran setelah terbakar

1926 Pembangunan pagar masjid dan pendirian tugu jam.
Dilakukan atas prakarsa Sunan Pakubuwono X dari Kasunanan Surakarta.  Tahun ini tertera pula pada tulisan di bawah kaligrafi di atap gapura.

1997 Pemasangan teraso pada liwan atau ruang  utama masjid

2002 Konservasi dengan dana dari Pemda Propinsi DIY.  
- Memperbaiki bagian-bagian yang retak dengan sistem injeksi.  
- Penggantian kayu yang rusak parah mencapai 60% diganti baru.  
- Lantai diganti dengan marmer Italia di bagian liwan dan pawestren.  
- Pelapisan dinding jagang atau kolam air yang mengelilingi serambi masjid dengan terakota.
- Penggantian dinding dan alas bak wudlu.
- Perbaikan pagar dan gapura.

2003 Pembangunan menara pengeras suara

2006 Perbaikan akibat gempa besar yang melanda Yogyakarta.  
- Patahan dan retakan di dinding diperbaiki.  
- Genting yang semula terbuat dari tanah liat diganti dengan lempeng metal yang tampak sama dengan genting sebelumnya.  Hal ini bertujuan untuk mengurangi beban berat pada struktur yang ada. - Penambahan kuncian baja yang menarik ke atas, sementara penyangga blandar dikaitkan ke struktur utama. Baja tarik ini tahan gempa karena membuat tarikan atau dorongan menjadi lebih fleksibel.  Penambahan besi-besi penyangga di tiap ujung saka guru hanya sebagai pencegahan.

2007 Ditetapkan sebagai BCB (Bangunan Cagar Budaya) Nasional 
Dengan ketetapan :
Peraturan Menbudpar PM.25/PW.007/MRP/2007 dan dilindungi oleh Undang-Undang No 5 Tahun 1992.

2012 Perbaikan kamar mandi di sisi utara masjid

Konstruksi asli : 
- Beratap tajug dengan atap tumpang sari susun 3 di masjid utama
- Saka guru dari kayu jati
- Menggunakan struktur saka gantung yang langka.  Struktur utama (bagian saka guru) ini terpisah, karena secara filososfi merupakan fokus pada satu titik utama yang mengerucut ke atas yaitu Tuhan. 
- Usuk mayung juga menuju pada satu titik
- Bagian atap juga hampir sama, secara filosofis mengerucut seperti halnya candi karena pada waktu itu masih masa peralihan dari Hindu ke masa Islam
- Dinding dari bata merah yang ukurannya lebih besar dari bata sekarang
- Tanpa semen tapi menggunakan bubuk bata merah, gamping dan pasir yang dikenal dengan bligon
- Semua dinding tanpa lepa.  Penambahan lepa dilakukan oleh Sunan Pakubuwono X.
- Lantai terbuat dari batu putih yang bisa dilihat di lantai yang ditutup kaca di bawah bedhug
- Jagang atau kolam air yang mengelilingi serambi masjid merupakan ciri khas Hindu yang masih digunakan.  Jagang ini dibuat dengan maksud agar jama'ah yang masuk ke masjid mensucikan kaki dan meluruhkan kotor dari luar


Catatan Mama :
- Perawatan oleh BPCB dilakukan secara reguler setahun sekali.
- Perawatan kayu untuk mencegah rayap menggunakan teknik yang diadopsi dari perawatan kayu di Kudus.  Dengan memakai pelepah pisang dicampur tembakau dan cengkeh yang direndam selama 24 jam. Idealnya kayu direndam tapi untuk target waktu yang mendesak, campuran ini hanya digosok-gosokkan di permukaan kayu.
- Karena telah ditetapkan menjadi Bangunan Cagar Budaya Nasional, maka setiap tindakan yang diambil dalam rangka perbaikan atau perawatan diserahkan kepada BPCB dengan pemberian ijin dari pihak pemilik masjid yaitu Kraton Kasultanan Yogyakarta dan Kraton Kasunanan Surakarta.

Workshop 29 Oktober 2012




Rabu, 28 November 2012

Sendratari : Hadeging Nagari Dalem Ngayogyakarta Hadiningrat

PERS RELEASE :

KADO UNTUK JOGJA
Sendratari “Hadeging Nagari Dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat”
Dilanjutkan DIALOG KADO UNTUK JOGJA

Sebagai mitra pemerintah kota di bidang kebudayaan, Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta senantiasa ingin memberikan kontribusi terhadap upaya pengembangan kebudayaan khususnya bidang Seni Tari.

Maksud dan Tujuan
1.Memberikan Kado HUT Kota Yogyakarta ke-256 sekaligus memperingati Hari Pahlawan.
2.Menyajikan sebuah pertunjukan Sendratari yang merakyat dan ada etos kepahlawanan.
3.Membangkitkan ”Spirit Kepahlawanan Jogja dalam Konteks Keindonesiaan”

PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Jumat, 07 Desember 2012
Pukul : 19.00 Wib s/d selesai.
Tempat : Living Museum Budaya,Dolahan KG III/580 Kotagede Yogyakarta
Acara : Sendratari ‘Hadeging Nagari Dalem Ngayogyakarta Hadiningrat’ dilanjutkan DIALOG Kado Untuk Jogjakarta
(kurang lebih undangan dan peserta mencapai lebih dari 175 org)

Pembicara/Narasumber Dialog Kado Untuk Jogja :
1. A.Charris Zubair (Budayawan,Ketua DKKY,Dosen Budaya UGM).
2. Indra Tranggono(Cerpenis,Budayawan).
3.Revianto Budi Santosa (Dosen UII,Arsitek,Anggota DKKY)

SASARAN
PESERTA (Umum sekitar 180an orang) terdiri dri para tamu Undangan dan simpatisan serta penonton +Media dll

HASIL YG DIHARAPKAN
Memberikan Hiburan dan Kado Untuk Masyarakat Yogyakarta pada umumnya

SINOPSIS TARI
“Hadeging Nagari Dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat”.

Sendratari “padat” ini menceriterakan kisah ketika Pangeran Mangkubumi sedang bimbang dalam menerima tawaran konsep “Palihan Nagari” yang diajukan Gubernur Jenderal Nicholas Hartingh. Namun atas petunjuk tokoh spiritual Mataram ketika itu, Pangeran Mangkubumi akhirnya mau menerima tawaran tersebut. Pada akhirnya perjanjian itu ditandatangi di depan Gub. Jenderal Nicholas Hartingh. Perjanjian ini tidak semua diketahui Kolonial Belanda, terbukti masih ada orang orang Belanda dan antek antek Belanda yang ingin mengacaukan masyarakat di wilayah Ngayogyakarta. Namun akhirnya prajurit Pangeran Mangkubumi mampu mengatasinya.Sebagai ungkapan syukur, maka kawula Ngayogyakarta menyambut dengan suka cita.

Pen. Jwb./Pimprod. : A.Charris Zubair;
Sekr.Prod: Hery Asmara;Pimp.
Artistik: Bekti Budi Hastuti;
Naskah: Mustofa W. Hasyim;
Sutradara : Kuswarsantyo;
Penata Tari: Widodo Kusnantyo;
Penata Iringan : Agung Harwanto;
Penata Busana: Iriantiningsih;
Pendukung Tari dan Karawitan : Komunitas Seniman Tari Kota Yogyakarta;
Tari pimpinan : Widodo Kusnantyo;
Karawitan pimpinan : Agung Harwanto.
Produksi 2012: Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta
Facebook: Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta;
Web: www.dkk.or.id

Kabar ini diberitakan oleh @HERY ASMARA
(SEKRETARIS PANITIA/SEKUM DKKY)










Camilan Biji Lotus


Lotus atau padma, menjadi tanaman yang selalu ada dan mudah ditemui di negara-negara yang menganut ajaran Buddha, seperti Thailand, Cambodia dan Vietnam.  Setidaknya ketiga negara ini yang pernah kukunjungi dan selalu melihat bunga ini di pasar atau di jalan.  

Bunganya selalu tersedia di sekitar kuil atau pagoda, dibutuhkan para pendoa sebelum melakukan puja bakti di depan altar.  Di Thailand satu tangkai bunga lotus bisa ditukar dengan donasi 10 Baht.  Sedangkan donasi untuk satu rangkaian dalam jambangan kuningan yang terdiri dari 5 kuntum lotus bisa mencapai 50 Baht.

Dan ternyata, setelah semua petal bunganya rontok, bijinya bisa dimakan.  Biji-biji ini terbungkus semacam serat-serat gabus yang berbentuk seperti kepala shower untuk mandi.  Jika dikupas, akan terlihat biji-biji lotus yang berwarna hijau muda.  Sebelum dimakan secara mentah, biji berwarna hijau muda itu masih harus dikupas sekali lagi.  Biji-biji yang berwarna putih ini siap menjadi camilan sehat dan katanya lebih sehat daripada kacang karena tidak mengandung lemak.


Rasanya hambar, tidak manis atau asin.  Asyik saja mengikuti mereka mengupas dan memakan biji lotus.  Pertama kali mencobanya di pinggir jalan seberang pemberhentian bis yang membawaku dari perbatasan Bangkok-Cambodia di Rangklua Market menuju Siem Reap.  Anak-anak penjual keripik,  kerupuk, burung goreng sekaligus bensin itu menawariku mencicipinya gratis dan semangat mengajariku bagaimana cara mengkonsumsinya dengan bahasa Tarzan hehehehe .. 



Laweyan : Perjalanan 'Solo' ke Solo

A labyrinth is a right brain task. It involves intuition, creativity, and imagery. With a maze many choices must be made and an active mind is needed to solve the problem of finding the center. With a labyrinth there is only one choice to be made. The choice is to enter or not. A more passive, receptive mindset is needed. The choice is whether or not to walk a spiritual path. *lessons4living.com*

Labirin, adalah kata yang secara pribadi kutautkan dengan Kampung Laweyan, pusat industri batik yang telah eksis sejak jaman Kerajaan Pajang. Satu rumah dengan yang lain dipisahkan jarak sekitar 1 meter saja. Tembok tinggi menjulang sekitar 4 meter menyembunyikan rumah-rumah juragan batik tempo dulu, membentuk gang-gang sempit yang saling terhubung menciptakan semacam labirin. Dan benar disana, kemungkinan melewati gang yang sama akan sering terulang.

Lorong-lorong Laweyan yang menciptakan labirin raksasa


Ada beberapa ciri khas tipikal rumah-rumah Kampung Laweyan yang telah menjadi Kawasan Heritage karena usianya yang mencapai ratusan tahu, antara lain :

- tembok keliling setinggi sekitar 4 meter menjulang, menimbulkan kesan sangat eksklusif karena seolah menutup diri dari dunia luar, berhubungan dengan faktor keamanan harta kekayaan yang konon melebihi kekayaan Kasunanan Surakarta dan faktor persaingan sangat tinggi di tiap-tiap rumah produsen batik

- satu rumah bertembok tinggi bersebelahan dengan rumah lain yang sejenis menciptakan sebuah gang

- terdapat satu pintu utama/regol, biasanya terdiri dari 2 bilah papan pintu, dengan satu pintu kecil di salah satu bilah pintu regol tadi

- ada satu pintu belakang yang disebut butulan, yang dipakai untuk berhubungan dengan tetangga sekitarnya. pintu ini sangat aktif menggerakkan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan

- ruang pendopo sekarang dipakai untuk ruang display hasil produksi batik mereka

- rumah asli Laweyan seperti rumah jawa kuno lainnya, memiliki pendopo, rumah utama yg terdiri dari senthong tengah/pajimatan, senthong kiwa tengen, gandhok, dan juga emper

- jika rumah itu dipakai untuk memproduksi batik, maka ada bagian tambahan untuk kegiatan membatik, bak-bak air untuk melorot malam dan lantai atas untuk menjemur kain

Pendapa milik salah satu Mbok Mase dan Mas Nganten Kampung Laweyan

Salah satu rumah mbok mase dan mas nganten (julukan nyonya dan tuan untuk juragan batik) yang sekarang ditinggali Pak Harun Muryadi generasi ke-8 pemilik rumah di Jl Tiga Negeri, masih memiliki bunker dibawah lantai rumah untuk menyimpan harta kekayaan. Bunker dilengkapi lorong-lorong yang terhubung dengan bunker rumah lain.

Bunker di kediaman Pak Harun Muryadi

Selain batik, rumah tua dan bunker, Musium Samanhoedi (pendiri Sarikat dagang Islamiyah), Masjid dan langgar tua sangat menarik perhatian. Yang sempat kukunjungi adalah Langgar Laweyan di luar kampung, lalu Masjid Al Ma'moer berangka tahun 1945, Langgar Merdeka berangka tahun 1877, dan Masjid Laweyan yang tertua adalah Masjid Laweyan berangka tahun 1546 yaitu pada masa kerajaan Pajang yang letaknya bersebelahan dgn kompleks makam Kyai Ageng Henis, putra Ki Ageng Selo, dan berputra Ki Ageng Pemanahan, penurun raja-raja Mataram Islam.

Museum Samanhudi

Masjid Al Ma'moer (kiri atas), Masjid Laweyan (kanan atas), Langgar Laweyan (kiri bawah) dan Langgar Merdeka (kanan bawah)
Pemegang kunci Langgar Merdeka dan Langgar Laweyan, wartawan Jawa Pos


Single trip .. sangat menantang!

Aku mencatat beberapa peristiwa tidak nyaman yaitu ancaman 3 ekor anjing yang sangat kutakuti, membuatku berhenti lama, jongkok dan akhirnya berteriak hiteris karena mereka mendekat dan menyambutku dengan sangat heboh. 
Hal kedua adalah tidak bisa mencoba kuliner, karena aku tidak pernah bisa merasa nyaman mampir makan sendirian di sebuah tempat makan. Untung sebelumnya sudah sempat mengenyangkan perut di acara resepsi pernikahan tetangga yang merupakan tujuan utamaku pergi ke Solo. Selain memang sengaja membawa sedikit kue dan sebatang coklat untuk keadaan darurat, kelaparan di jalan.
 




Isi tas : 
rok selutut dan sepatu untuk kondangan, payung, tissue untuk ke toilet umum, tas toiletries, blocknote, pulpen, dompet, rajutan, snack, minum dan coklat. 
 
Karena darurat, merapikan dandanan, memakai gelang & anting, menukar sepatu dilakukan di atas becak yang melaju dari Stasiun Purwosari menuju acara resepsi pernikahan. Ganti rok dengan celana jins dan kaos lengan panjang, menukar sepatu dengan sandal dilakukan di masjid Al Ma'moer 

Catatan Mama :



  • Dari perjalanan sendiri, kita bisa menilai, seberapa keberanian, kekuatan, kenekatan, kemampuan menentukan langkah selanjutnya, kemampuan berkomunikasi dgn nara sumber yg secara acak ditemui, berperilaku baik agar orang2 baru itu dengan sangat rela bersedia atau menawarkan informasi serta bantuan ke kita.
  • Mengenai packing, makin hari kita makin tahu, benda-benda apa saja yang harus dimasukkan ke dalam tas. Setelah tiba di rumah, coba diteliti, mana benda yang tak dipakai sama sekali dalam perjalanan, artinya suatu saat benda itu tak perlu lagi dimasukkan dalam daftar bawaan. Pack-ing pun harus cermat agar beban tak berat. 



Dalam setiap perjalanan, aku paling menyukai kejutan, sesuatu yang tak ada dalam rencana tapi menarik untuk dikunjungi. kita tak tahu kemana hati mengajak dan kaki melangkah .. menikmati setiap kejadian tak terduga sebagai sebuah kejutan.

Jangan takut berjalan sendiri. Kebebasan menentukan pilihan ada di tangan, sesuai dengan minat dan intuisi kita. Dengan berjalan sendiri, kita akan lebih mengenal siapa diri kita sendiri.

Perjalanan 12 Juni 2011



Selasa, 27 November 2012

Langgar Dhuwur Boharen, Kotagede

Langgar Dhuwur Boharen tampak dari dalam
Rabu, 5 September 2012
Adalah saat pertama mengunjungi sebuah rumah tradisional Jawa yang istimewa di Kotagede ini.  Istimewa sebab strukturnya yang masih megah meski berusia ratusan tahun dan istimewa sebab merupakan salah satu dari dua rumah tradisional di Kotagede yang masih memiliki Langgar Dhuwur.
Saat pertama itu adalah malam hari, sehingga bisa merasakan nuansa Jawa yang tenang, sunyi dan misterius karena remang-remang.

Jum'at, 7 September 2012

Adalah kesempatan kedua mengunjungi sekali lagi rumah yang dibangun tahun 1860.  Bertemu dengan Pak Achmad Charris Zubair pemilik rumah ini yang menjabat sebagai Ketua Dewan Kebudayaan Kota Yogya yang menerima kami -rombongan peserta workshop heritage Jepang-Kotagede- dengan ramah.  

Beliau menerangkan bahwa konsep rumah tradisional Jawa yang diwarisinya ini masih lengkap mengadopsi tradisi Hindu yang diwujudkan dalam Tri Hita Karana.  Konsep tiga ruang yang melebur menjadi satu kesatuan harmoni yang terdiri dari Pahyangan, Palemahan dan Pawongan.  


Langgar Dhuwur Boharen tampak dari luar
Pahyangan, berasal dari kata Hyang atau Tuhan.  Diwujudkan dalam sebuah ruang tertinggi yang menguhubungkan manusia dengan Tuhannya, terletak di paling depan dan paling tinggi (dhuwur) dibanding bangunan rumah lainnya.  Dan karena pemiliknya menganut ajaran Islam maka ruang penghubung manusia dengan penciptanya ini diwujudkan menjadi Langgar Dhuwur. 

Palemahan, berasal dari kata lemah (bhs jawa) yang berarti tanah.  Ini melingkupi lingkungan di sekitar rumah termasuk vegetasinya.


Pawongan, berasal dari kata wong yang artinya manusia.  Konsep ini diwujudkan menjadi ruang tinggal di mana manusia melakukan aktifitas kesehariannya yaitu rumah.

Rumah tradisional Kotagede biasanya terdiri dari pendapa, pringgitan (ruang antara), ndalem  (rumah utama) yang terdiri dari senthong kiwa/kiri, senthong tengah dan senthong tengen/kanan, kemudian ada gandhok (rumah samping), gadri (rumah bagian belakang), pawon (dapur) dan pakiwan (kamar mandi).  Jelas bahwa dalam rumah Jawa bagian terdepan bersifat sangat publik dan makin ke dalam ruang-ruangnya makin privat. 


Kentongan
Senin, 29 Oktober 2012

Pada hari itu, kesempatan ketiga mengunjungi Langgar Dhuwur  yang terletak di Kampung Boharen, Kelurahan Purbayan ini berkaitan dengan workshop heritage bersama BP3 Prambanan.  

Pihak BP3 dengan dana dari APBN Perubahan tahun 2012 sedang melakukan perbaikan Langgar Dhuwur dan Ndalem dengan pengerjaan bagian lantai, genteng dan beberapa dinding.

Bangunan Langgar Dhuwur ini masih berstatus Warisan Budaya belum menjadi Benda Cagar Budaya dengan wilayah administrasi Kota Yogyakarta.  Beberapa penghargaan telah diterima oleh rumah ini, seperti yang diceritakan Pak Charris -demikian beliau secara akrab dipanggil- antara lain :

  • SK Gubernur tahun 1999 yang menetapkannya sebagai Bangunan Warisan Budaya
  • Nominator UNESCO Award
  • Penghargaan dengan pemberian potongan pajak  dengan hanya membayar PBB sebesar 10%
  • Penghargaan dengan bantuan dana dari APBN Perubahan thn 2012 untuk direhab.

Mihrab Langgar Dhuwur Boharen

Pak Charris Zubair pemilik Langgar Dhuwur Boharen, Kotagede (menunjuk)








Minggu, 25 November 2012

Candu Candi 2010 - 2012

Candi Gebang, Condongcatur, Yogyakarta, Indonesia
Candi Bajang Ratu, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia

Candi Abang, Berbah, Yogyakarta,  Indonesia

Candi Asu, Sengi, Kab. Magelang, Jawa Tengah, Indonesia

Candi Bangkal, Mojosari, Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia

Candi Barong, Bukit Kalasan, Yogyakarta, Indonesia

Candi Borobudur, Jawa Tengah, Indonesia

Candi Brahu, Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia

Candi Bubrah, Kompleks Prambanan, Yogyakarta

Candi Dermo, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia

Candi Gana, Kalasan, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia

Candi Gunung Wukir, Salam, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia

Candi Kalasan, Yogyakarta, Indonesia

Candi Kama II, Lereng Gn. Penanggungan, Jawa Timur, Indonesia

Candi Kedulan, Yogyakarta, Indonesia

Candi Kendalisada, Gn. Penanggungan, Jawa Timur, Indonesia

Candi Liyangan, Temanggung, Jawa Timur, Indonesia

Candi Losari, Salam, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia

Pr

Candi Mantup, jl. Wonosari, Yogyakarta, Indonesia

Candi Mendut, Kab. Magelang, Jawa Tengah, Indonesia

Candi Merak, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia

Candi Pringapus, Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia

Candi Minakjinggo, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia

Candi Ngawen, Muntilan, Jawa Tengah, Indonesia

Candi Pari, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia

Candi Lumbung, Kompleks Prambanan, Yogyakarta, Indonesia

Candi Syiwa Prambanan, Yogyakarta, Indonesia

Candi Retno, Pucang, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia

Candi Sambisari, Yogyakarta, Indonesia

Candi Sari, Yogyakarta, Indonesia

Candi Sewu, Kompleks Prambanan, Yogyakarta, Indonesia

Candi Sumur, Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia

Candi Tikus, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia

Gapura Wringin Lawang, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia


Candi Selogriyo, Windusari, Magelang

Candi Plaosan Kidul, Kalasan, Klaten

Candi Klero, Boyolali, Jawa Tengah

Candi Gondosuli, Temanggung, Jawa Tengah