Sebuah pendapa di Kotagede telah disulap menjadi sebuah warung unik dengan nama Warung Jawi. Di bawah naungan atap disangga 4 saka guru penopang tumpang sari, sebuah senja terasa lebih syahdu, ditemani sepiring gorengan, sebungkus emping goreng dan dilengkapi secangkir kopi atau segelas bajigur. Malam terasa penuh dengan hidangan nasi brongkos atau nasi rawon lengkap dengan sebutir telur asin dan kerupuk udang.
Secangkir kopi yang juga unik karena seduhan dari racikan kopi resep rahasia keluarga yang sungguh berbeda dengan kopi dari tempat lain. Kopi Mocca Amboi, Kopi Legit Priangan, Kopi Rempah Jawi, dan Kopi Bali Harum adalah racikan kopi andalan warung ini. Mencecapnya dengan memandang nDalem atau rumah tradisional dari kayu yang berwibawa membawa nuansa Njawani.
Ya, Warung Jawi menempati emper/teras dan pendapa nDalem Sopingen. Sebuah rumah milik Raden Sopingi yaitu seorang pejabat representasi keraton Surakarta di Kotagede. Pada pada masa awal kebangkitan nasional, pendapa ini pernah menjadi pusat ruang publik egaliter, dimana tokoh-tokoh penting dari berbagai organisasi nasional berpidato di sini. Sebut saja HOS Cokroaminoto, Samanhoedi, KH Ahmad Dahlan, Ki Hajar Dewantara, bahkan para pemimpin komunis seperti SEmaun, Alimin dan Muso.
Tak heran jika masyarakat, LSM dan Pemprop DIY memberi perhatian lebih pada bangunan ini, mengingat betapa banyak sejarah telah terjadi di antara tiang-tiang pendapa berbentuk joglo ini. Sayangnya, pendapa asli dijual oleh ahli waris keluarga pada tahun 2000-an dan hanya menyisakan lantainya. Pada tahun 2011, Bappeda Prop DIY mendirikan kembali pendapa dengan bentuk yang berbeda, yaitu model pesisiran yang diangkat dari Pati.
Sebuah warisan berbentuk fisik terkadang menjadi dilema dalam pelestariannya. Perawatan bangunan kayu yang rumit dan relatif mahal sering menjadi beban bagi pewarisnya. Desakan ekonomi yang menjadi tantangan tersendiri bagi pewaris untuk tetap mempertahankan di tengah keterbatasan atau menjualnya demi kehidupan yang tak lagi secerah pada masa pendapa ini berjaya. Seiring dengan mundurnya industri perak di Kotagede, banyak pemilik rumah-rumah tradisional yang rata-rata juragan perak terpaksa menjualnya untuk bertahan hidup atau menjadikannya modal untuk usaha yang lain.
Masalah bagi waris juga menjadi masalah yang khas terjadi di sana. Pada saat pembagian warisan, pendapa yang knock-down itu mudah untuk dibagi atau dijual lalu hasilnya dibagi. Sebab pendapa adalah bagian rumah yang paling mudah dijual-belikan.
Tantangan-tantangan ini menjadikan para penggiat heritage yang concern di Kotagede menetaskan ide yang memungkinkan pewaris pendapa mampu bertahan hidup bahkan bisa merawat bangunan kayu secara mandiri, tanpa perlu bantuan dari pihak swasta/LSM atau pemerintah daerah. Salah satu yang sedang diujicobakan adalah pemanfaatan Pendapa Sopingen untuk Warung Jawi yang menyediakan brongkos, rawon dan segala macam wedang khas Kotagede. Diharapkan pewaris bisa mendapat penghasilan untuk hidup sehari-hari dan untuk perawatan atau pelestarian benda pusaka warisan yang telah menjadi bangunan cagar budaya ini. Warung ini juga menjadi rintisan untuk museum hidup (living museum) yang menyimpan banyak sejarah.
Catatan Mama :
- Alamat : Jl Mondorakan, Klaster Dalem Sopingen KG 2 No 859 Kotegede, Jogjakarta 55127
- INFO : Bp. Jenthot, Mobile: +62 81328645900
- Warung Jawi buka setiap hari kecuali Jum'at mulai pukul 05:00 s/d 22:00 PM
- Menuju Kotegede jika dari Jogjakarta : Bus TransJogja Jalur 3A dan 3B, Andhong, Becak, Ojek
recomended...
BalasHapus