Sabtu, 24 November 2012

Kopi Lelet Pak Gendut, Jl. Babagan, Lasem

Mengunjungi Lasem kurang lengkap tanpa mampir ke warung kopi yang bertebaran di segala penjuru.  Kopi produksi lokal yang terkenal enak itu disajikan dalam cangkir mungil bergambar bunga-bunga.  Terlihat kuno.

Dan yang menarik, di warung kopi milik Pak Gendut yang berseberangan dengan Kelenteng Babagan ini juga menjadi tempat nongkrong kaum pria tua dan muda untuk membuat rokok lelet. Rokok ber-filter gabus dengan hiasan batik, gambar geometris atau sekedar leletan ampas kopi dari seutas benang.



Pertama, seduhan kopi dalam cangkir dengan takaran normal dua sendok gula dan tiga sendok kopi, dituangkan dalam pisin atau lepek.  Nikmati dulu kopinya dengan menyeruputnya langsung dari pinggiran lepek, hingga tersisa sedikit dengan ampasnya.

 Kedua, tutup sisa kopi dalam lepek dengan tissue untuk menyerap airnya, hingga tertinggal endapan ampasnya saja.

 Ketiga, tuangkan sedikit susu kental manis warna putih yang berfungsi sebagai perekat. 

Keempat, gunakan seutas benang yang telah direndam dalam ampas kopi  untuk membuat kumparan melilit ujung batang rokok, lalu geser ke arah pangkal atau mendekati filter. 

Selain dileletkan dengan seutas benang, rokok juga biasanya dihias dengan menggunakan ujung batang korek api yang telah dibuat runcing.  Bentuknya bisa motif batik, sulur-sulur, atau gambar geometris.

Mereka yang merokok mengatakan bahwa rokok yang dilelet terasa lebih enak karena ketambahan aroma kopi dalam setiap hisapan.

Menikmati kopi tak lagi sekedar menyeruput manis getirnya, sebab di sela-selanya mereka bisa berkreasi membatik untuk membuat rokoknya lebih beraroma dan lebih berseni.

Inilah alasan yang memberikan pemakluman bagi kaum pria warga Lasem untuk berlama-lama nongkrong di warung kopi.  Secangkir kopi mungil yang dipesan, bisa menghabiskan waktu mereka setangah bahkan mungkin satu jam karena ketambahan melelet rokok dengan ampas kopinya.  Itulah kenapa juga kaum perempuan jarang mengunjungi warung kopi ini.  Berapa perempuan bisa memiliki waktu selonggar itu dalam setiap harinya? Hanya untuk secangkir kopi dan puluhan menit duduk melelet rokok.


Hmmm...  memang, warung kopi seperti ini adalah milik kaum pria. 

Sore itu, meskipun aku tidak merokok, kubeli sebatang lalu membuat lelet dengan ampas sisa kopiku.  Aku mencoba untuk merasakan keasyikan yang bisa ditimbulkan dari kedua kegiatan yang biasa mereka lakukan di warung kopi ini, yaitu menyeruput kopi dan membuat rokok lelet.  

Asyik memang, tapi menguras waktu cukup lama.  Sekali dua kali bolehlah, tapi setiap hari? 

Tidak !


Bagiku, menikmati air seduhan dari ceret hitam diatas tungku arang, hasil racikan Pak Gendut dengan komposisi normal 2 gula dan 3 kopi produksi lokal, dari sepasang cangkir lepek yang mungil dan jadul, dalam suasana warung kayu sederhana bersama teman-teman, cukup menjadikan surga kecil kali itu.  

Dan, yang paling spesial adalah ... ini di Lasem!
Sebuah kawasan tua yang mengagumkan!

 Perjalanan, 21 April 2012
 






.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar